Minat Baca Masyarakat Rendah, Tantangan Terberat Era Digital

PERKEMBANGAN teramat cepat mengakibatkan ruang digital yang tidak sehat. Persoalan itu masih ditimpali rendahnya literasi dan munculnya kejahatan digital seperti maraknya hoaks, penipuan, pencurian data, dan skimming. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Timur Sherlita Ratna Dewi Agustin mengingatkan perlunya penguatan literasi digital untuk menciptakan ruang digital yang sehat.
Sherlita datang ke Ponorogo untuk mengikuti pengukuhan Komite Komunikasi Digital (KKD) di Pendopo Agung, Rabu (26/7/2023). Kata dia, literasi digital akan memperkuat kemampuan masyarakat dalam mengidentifkasi informasi dan menghilangkan kebiasaan menaruh data pribadi di media sosial. ‘’Masyarakat kita malas membaca dan menguji informasi lebih lanjut. Informasi yang masuk dianggap benar dan dengan mudah menyebar,’’ katanya.


Menurut dia, informasi maupun berita bohong atau hoaks ada yang disebarkan secara sengaja dan ada pula yang tidak disengaja. Unsur kesengajaan dilakukan buzzer yang menyampaikan informasi secara berulang agar menjangkau audiens lebih luas. Padahal, tujuannya untuk membuat gaduh suasana. Dengan literasi digital, warganet akan terbiasa mengklarifikasi isu melalui berbagai media dan platform. Selain itu, hanya memproduksi dan membagikan konten positif. ‘’Muncul budaya malu jika membagikan informasi hoaks dan membiasakan saring sebelum sharing,’’ jelasnya.


Dalam kesempatan yang sama, Ketua Harian Komite Komunikasi Digital (KKD) Jawa Timur Arief Rahman berharap pembentukan KKD mampu menjadi benteng terakhir penanganan hoaks maupun ujaran kebencian secara preventif dan restoratif. Itu bersamaan rendahnya minat baca masyarakat sehingga mudah mempercayai informasi-informasi yang kurang benar. ‘’Seringkali hanya dengan membaca judulnya langsung percaya,’’ ujarnya.
Menurut dia, salah satu platform media sosial yang memberikan fasilitas tayangan singkat lebih diminati. Buzzer memanfaatkan kecenderungan itu dengan menyebarkan narasi yang ambigu. Tujuannya menggalang dukungan untuk menjatuhkan pihak tertentu. ‘’Karena masyarakat malas membaca dan malas melakukan verifikasi, akhirnya menganggap informasi yang beredar sebagai kebenaran,’’ pungkas Arief. (kominfo/dyah/hw)