Mendekati Hari Pencoblosan, Waspadai Penyebaran Hoax

Salah satu remaja di Ponorogo saat melakukan kampanye anti hoax di sela Car Free Day Ponorogo, beberapa waktu lalu.

HOAX alias berita bohong mengelabuhi harus terus diwaspadai. Apalagi di masa-masa menjelang pemilihan umum. Sebab, hal ini bisa mengancam kedamaian dan kerukunan di tengah-tengah masyarakat.

Kasi Pengembangan dan Pengelolaan Data dan Aplikasi Dinas Kominfo Ponorogo Satria Putra Negara, Jumat (29/3/2019) mengatakan, saat ini informasi yang terdeteksi sebagai hoax terus membanjiri berbagai bentuk media komunikasi di dunia, termasuk Indonesia. Dikatakannya, setiap hari Kementerian Kominfo RI merilis sekitar 10 hingga 15 data berita bohong atau hoax yang menyebar.

“Itu baru yang terverifikasi (sebagai hoax). Yang masuk dan dilaporkan jauh lebih banyak dari itu jumlahnya,” ungkapnya.

Hoax tersebut tidak hanya melulu soal politik. Ada pula hoax tentang sosial, psikologi, kesehatan, kecantikan dan berbagai bidang kehidupan lainnya. Yang juga marak adalah di situs belanja online.

“Hoax ini paling banyak menyebar melalui media sosial seperti facebook, twitter dan grup-grup WhatsApp. Ada juga yang menyebar melalui website,” ujarnya.

Karenanya, Satria mengatakan, setia orang harus menyadari peredaran ini sehingga bisa lebih waspada atas kebenaran informasi yang diterimanya. Bila tidak, banyak hal berbahaya yang bisa terjadi.

“Bisa membuat masyarakat menjadi bingung, terjadi fitnah, terjadi benturan hingga perpecahan. Jangan sampai terjadi. Apalagi menjelang pemilu seperti sekarang, hoax bisa menjadi alat untuk menjelek-jelekkan orang atau calon-calon tertentu dalam pemilu kali ini. Ini tidak sehat,” tuturnya.

Untuk itu, ia berharap seluruh masyarakat lebih bijak dalam menerima informasi. Selalu melakukan pengecekan ke sumber-sumber terpercaya, dan membandingkan dengan informasi dari sumber lain. Juga dengan mengecek ke media massa yang terpercaya, memiliki badan hukum. Hal ini karena media massa yang berbadan hukum tentunya memiliki penanggungjawab dalam penyebaran informasinya.

“Saring sebelum sharing, itu sangat penting,” pungkasnya. (kominfo/dist)